Header Ads

OSPEK dan Kekerasan, masihkah ada?

Tak terasa waktu sudah begitu jauh berlalu. Lama tak terdengar dan mendengar langsung kata OSPEK/OPSPEK atau apalah namanya itu untuk sebuah prosesi penerimaan mahasiswa baru oleh para seniornya.

Bentakan dan suara keras lainnya berseliweran dari mulut para senior yang berjajar atau berpencar mengiringi aktifitas mahasiswa baru yang berjalan, berlari kecil tergopoh-gopoh, atau bahkan duduk sekalipun. Suasana macam begini ini sudah belasan tahun lalu lewat dan mungkin sudah hilang dari kampus negeri di mana pun saja berada.

Mahasiswa baru "dibekali" dengan segudang tugas yang di luar kewajaran nalar terkait apa guna dan fungsinya, selain hal umum yang bisa ditangkap sebagai identititas. Bermacam atribut lain yang menyertai biasanya tak lebih sebagai sebuah keanehan dan kelucuan juga pembodohan massal ketimbang terlihat sebagai sebuah kreatifitas dan seni.

Bagi sebagian besar mahasiswa baru, OSPEK itu menakutkan, sebagian kecil menganggapnya sebagai kewajaran yang harus dijalani dan diterima, segelintirnya lagi menganggapnya sebagai horor yang jika perlu ditinggalkan dengan berbagai macam alasan karena saking paranoidnya. Segelintir lagi menganggapnya sebagai bagian candaan yang satir dan menegangkan. 

Khusus bagi mereka yang menganggap ini candaan, maka jangan heran jika sejak awal OSPEK sudah sengaja tak mengenakan atribut, datang seadanya sekenanya. Kalaupun mengerjakan ya sebisanya dan tak diada-adakan. Imbasnya jangan kaget kalau kemudian "dihabisi" oleh senior. Dan memang dasarnya sudah bercanda, maka respon si mahasiswa baru nan pemberani ini pun hanya bisa senyum dan diam saja. Titik kulminasinya saat ada malam atau hari pembalasan, di situlah tempat di mana dia bebas leluasa bentak-bentak panitia sambil tertawa cengar-cengir.

Jadi, OSPEK yang tegang selamanya itu juga tak selalu benar, ada sisi lenturnya, lembutnya, lucunya, dan tentunya mengesankan jika sudah jauh hari melewatinya lalu mengenangnya. Di situlah letak indahnya, mengenang kekonyoloan demi kekonyolan atas kebodohan massal yang teralami. Bahwa OSPEK bagi mereka yang menganggapnya candaan belaka atau yang melewatinya dengan kepolosan tanpa prasangka akan menghasilkan memori yang lucu dan layak dikenang. 

Tentu ada pula yang tetap meanganggapnya sebagai sebuah hal sia-sia dan mubadzir juga pembodohan dan kebodohan massal. Sah-sah saja, tak perlu diperdebatkan. Mau dihapus ya hapus saja, mau terus ya terus saja. Koridornya tetap untuk kelucuan dan memenuhi standar humor saja. Hahahahaha.

Terakhir, jangan tanyakan saya apa itu kepanjangan OSPEK, yang pasti lupa dan barangkali tak pernah tau apa kepanjangannya. Hahahahaha

Photo credit by M. Rais Ramli, 
kandidat doktor yang masih jomblo dan mencari pasangan jiwanya, yang kemarin-kemarin tak sempat karena kesibukannya mengabdikan diri dan ilmunya untuk Indonesia dan agamanya. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.